Bila Para Guru Jadi Kru Acara Televisi
APA jadinya, bila para guru yang
selama ini mengajar di kelas, menjadi kru acara live di televisi? Tegang dan
cemas pastinya. Seperti itulah yang dirasakan 22 orang guru termasuk penulis,
yang tengah mengikuti Diklat Keahlian Ganda di P4TK Seni Budaya, Yogyakarta
dalam bidang broadcasting radio dan televisi, saat berkesempatan ikut
memproduksi acara live Dokter Menyapa di ADI TV, Yogyakarta, Senin (18/9).
Mulai
pukul 19.30-20.30, para guru menjalankan peran sebagai program director, floor
director, kameraman, soundman, ada pula yang menjadi marcom dan switcherman.
Didampingi Chandra Setiawan, widyaiswara
yang merupakan program director ADI TV, para kru ini bekerja sesuai dengan
pembagian tugas yang sudah ditentukan setelah sebelumnya menggelar simulasi di
kelas dan mengikuti brifing dengan Master Control Room (MCR).
Selanjutnya,
masing-masing personil menempati posnya. Suasana hening langsung terasa di
studio saat para guru bersiap mengoperasikan alat-alat. Di samping itu, ada beban berat karena jika acara tidak
berjalan sesuai rencana, maka pembimbing akan mendapatkan teguran dari produser
acara.
Sebagai
informasi, para guru yang belajar broadcasting ini tidak semuanya memiliki
latar belakang pendidikan kepenyiaran. Sehingga wajar, jika menjalankan program acara ini menjadi tugas
berat.
Sebelum
acara dimulai, para awak siar melakukan doa bersama dan diminta menghargai
setiap detik yang berjalan.”Kekompakan dan komunikasi yang jelas antar kru
sangat penting dan diperlukan untuk suksesnya program acara,” kata Chandra,
sesaat sebelum acara live dimulai.
Dua
menit menjelang on air, Chandra mengecek jalur komunikasi antar kru yang ketika
setiap posisi disebut, langsung dijawab ”siap” oleh masing-masing personil.
Hitungan mundur dalam 20 detik pun dimulai. Pada hitungan ke 10, kami
menghitung sama-sama.
Pada
detik ke lima, program director memanggil bumperman, switcherman, kameraman, FD
dan VT untuk standby. Tiga detik menjelang on air, semua kru menghitung tanpa
suara. Tepat pada detik ke satu, program director berseru. “Mulai!” yang
direspon bumperman dengan memencet bumper-in, dan switcherman menekan
autoswitch dari kamera satu. On air pun berlangsung hingga sesi satu selesai.
Tak
terasa, empat sesi berhasil dilalui oleh seluruh awak siar. Ketegangan pun mencair berganti senyum penuh syukur. Sungguh
pengalaman berharga bisa menjadi bagian dari sebuah acara televisi. Ini juga
menjadi bekal bagi para guru untuk menularkan ilmu kepada anak didik setelah menjalankan
diklat di P4TK Seni Budaya di Yogyakarta.
TRI LESTIYONO, S.Pd
Peserta Diklat Keahlian Ganda
Broadcasting di P4TK Seni Budaya Yogyakarta/Pengajar di SMK N 1 Bangil
No comments:
Post a Comment